Tidak hanya indutri otomotif yang berinovasi membuat kendaraan ramah lingkungan dengan teknologi listrik, belakangan inovasi ini merambah ke industri perkapalan.
Bahan bakar sintetik dan biofuel saat ini mulai banyak digunakan kapal-kapal kontainer moderen untuk mengurangi emisi karbon atau CO2. Kapal ratusan ribu ton kini digerakan dengan bahan bakar biofuel jenis HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) dan FAME ( Fatty Acide Methyl Ester).
HVO adalah bahan bakar nabati yang diproses melalui hidrogenasi dan Hydrocracking yang menggunakan Hydrogen. Bahan bakar nabati ini berasal dari minyak kedelai, sawit atau jagung. Sedangkan FAME adalah biodesel hasil reaksi transesterifikasi yang juga menggunakan bahan baku minyak nabati dan alkohol dibantu katalis basa. Namun untuk menggerakan mesin diesel, Biodisel ini harus dicampur dengan solar.
Selain HVO dan FAME, ada juga bahan bakar Bio-LNG, yang terbuat dari hasil proses limbah rumah tangga dan industri. Sayangnya, bahan bakar nabati ini pasokannya sangat terbatas, sehingga masih banyak perusahaan kapal kontainer menggunakan bahan bakar konvesional.
Belakangan ini, beberapa perusahaan kapal juga mulai menggunakan LNG Sintetik. Seperti yang dipakai kapal kontainer ElbBlue berkapasitas 1,036 TEU. Kapal kontainer ini bisa dikatakan kapal kontainer pertama yang menggunakan LNG Sintetik. LNG Sintetik merupakan bahan bakar hasil turunan dari batubara, biomass atau minyak sintetis dan merupakan energi terbarukan.
Maersk Line, perusahaan kargo raksasa juga tidak mau ketinggalan. Perusahaan yang berbasis di Denmark mengoperasikan kapal kontanier dengan bahan bakar Metanol Hijau. Kapal yang diberi nama Laura Maersk melakukan pelayaran perdana pada September 2023 lalu. Kapal ini menjadi tonggak sejarah industri perkapalan di masa akan datang yang tidak lagi menggunakan bahan bakar karbon. Laura Maersk memiliki panjang 172 meter dan bisa mengangkut 2136 kontianer 20 feet.
Metanol Hijau bersumber dari hidrogen atau biomassa. Dibandingkan dengan bahan bahan bakar konvesional, seperti bensin atau solart, metanol hijau ini bisa mengurangi emisi CO2 hingga 60 – 95 persen.
Saat ini industri transportasi maritim menyumbang 3 % emisi Karbon, tidak besar memang. Namun dalam Climate of Parties 28 ( COP 28 ) yang digelar di Dubai 30 November 2023, emisi karbon dari sektor industri ini diperkirakan melesat hingga 20 persen.
Sekjen UNCTAD, Rebeca Grynspan meminta sektor industri yang menggerakan 80 persen perdagangan dunia ini untuk bergerak cepat melakukan dekarbonisasi. Targetnya 2050 sudah tidak ada lagi kapal yang menggunakan bahan bakar yang mengadung karbon.